Apa Itu Crypto Bubble?
Dalam bahasa Indonesia. Kata Bubble bisa diartikan sebagai "gelembung".
Crypto bubble dapat diumpamakan seperti saat kamu meniup sebuah balon hingga menjadi gelembung besar dan kemudian meletus.
Nah, dari perumpamaan diatas. Crypto bubble dapat diartikan sebagai sebuah fenomena dimana suatu aset kripto mengalami kenaikan harga yang signifikan secara tiba-tiba.
Namun, perubahan harga yang signifikan ini diikuti dengan penurunan harga yang cepat. Hal ini membuat para investor mengalami kerugian.
Apa Penyebab Dari Crypto Bubble?
Fenomena crypto bubble ini biasanya terjadi karena perilaku pasar yang terbuai oleh Fear Of Missing Out atau FOMO. Hal itu membuat kenaikan harga dari suatu aset kripto namun disertai penurunan secara cepat.
Berikut adalah beberapa contoh penyebab lain dari crypto bubble yang pernah terjadi, diantaranya :
1. Tweet dari Elon Musk
Salah satu penyebab crypto bubble adalah dari tweet seorang CEO Tesla, Elon Musk.
Ia pernah mengumumkan bahwa Tesla, perusahaan mobil listrik miliknya, menerima Bitcoin untuk membeli mobilnya. Hal ini membuat banyak orang berlomba-lomba untuk mendapatkan Bitcoin yang membuat harganya naik.
Namun, tidak sampai 2 bulan dari pengumuman tersebut. Elon Musk membuat sebuah Tweet yang berisi pengumuman bahwa Tesla tidak lagi menerima Bitcoin sebagai alat pembayaran.
Dengan munculnya Tweet tersebut. Banyak orang yang kemudian menjual Bitcoin milik mereka yang mengakibatkan harga Bitcoin turun sangat cepat.
2. Tidak semua negara menerima kripto
Fenomena crypto bubble juga disebabkan karena tidak semua negara menerima kripto. Karena dianggap dapat merusak nilai mata uang negara.
Salah satunya China. Usai melarang bank sentral dan beberapa bank lain untuk tidak menerima kripto sebagai alat pembayaran. China pun berhasil mengacaukan pasar kripto.
Ada pun beberapa negara yang melarang kripto sebagai alat pembayaran seperti Turki, Aljazair Ekuador, Nigeria dan Bolivia.
Crypto Bubble Sepanjang Sejarah
Aset seperti Bitcoin, Ethereum dan lainnya sempat mengalami crypto bubble pada Mei 2021 silam.
Adapun pernyataan dari Vitalik Buterin, sang penemu Ethereum, bahwa crypto bubble akan pecah dalam waktu dekat.
14 April 2021. Bitcoin mencapai rekor harga tertingginya yaitu sekitar Rp.926 juta. Namun, Pada akhir Mei 2021. Harga Bitcoin sempat turun hingga 48% hingga menyentuh Rp.499 juta.
Fenomena ini juga diikuti oleh beberapa kripto lainnya yang sempat melejit namun kemudian turun hanya dalam 24 jam. Seperti Ethereum yang turun hingga 38,48%, BNB 52,77% dan masih banyak lagi.
Bagaimana Cara Menghindari Crypto Bubble
Crypto bubble memang perlu diwaspadai bila perlu dihindari untuk meminimalisir kerugian yang cukup besar. Bagaimana cara menghindari crypto bubble?
1. Menetapkan batasan dari jumlah aset yang ditanamkan
Jangan tergoda untuk membeli atau menjual aset kamu jika sudah di ambang batas yang kamu tentukan. Meski harga yang ditawarkan murah.
2. Melakukan diversifikasi pada porfolio kripto
Artinya, kamu bukan hanya berinvestasi pada satu jenis aset kripto. Karena jika ada salah satu aset yang turun atau terjadi crypto bubble, maka kamu masih punya aset lainnya untuk bertahan.
3. Menghindari Panic Buying ketika harga rendah
Hindari untuk membeli kripto dengan jumlah banyak ketika harga rendah. Karena jika harganya turun maka kamu akan mengalami kerugian yang besar.
4. Berinvestasilah jangka panjang
Sebaiknya kamu berinvestasi kripto jangka panjang. Titipkan uangmu di pasar selama bertahun-tahun hingga menemukan harja jual yang terbaik.
5. Melakukan jual beli secara otomatis
Cara terakhir untuk menghindari crypto bubble adalah dengan melakukan jual beli secara otomatis. Dengan begitu kamu tidak perlu pusing untuk menentukan kapan waktu yang tepat untuk menentukan jual-beli.
Cukup untuk pembahasan mengenai crypto bubble. Tetap waspada terhadapat aset kamu ketika terjadi crypto bubble.
Artikel menarik lainnya
Apa Itu Pepe Coin (PEPE)? Meme Coin Viral Akhir-Akhir Ini
Apa Itu Airdrop? Pengertian Dan Jenisnya
0 Komentar